Ada
perbincangan menarik dari seorang direktur sebuah BUMN dengan sopir
pribadinya. Begitu memasuki mobil mewahnya, seorang direktur bertanya
pada supir pribadinya, ''Bagaimana kira-kira cuaca hari ini?'' Si supir menjawab, ''Cuaca hari ini adalah cuaca yang saya sukai'' Merasa penasaran dengan jawaban tersebut, direktur ini bertanya lagi, ''Bagaimana kamu bisa begitu yakin?''
Supirnya menjawab, ''Begini, pak, saya sudah belajar bahwa saya tak
selalu mendapatkan apa yang saya sukai, karena itu saya selalu menyukai
apapun yang saya dapatkan.''
Jawaban
singkat tadi merupakan wujud perasaan syukur. Syukur merupakan kualitas
hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi
rasa damai, tenteram, dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur
akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang, tidak
puas dan ujungnya tidak bahagia.
Ada
banyak hal yang membuat kita tidak bersyukur, salah satunya adalah:
kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada
apa yang kita miliki. Katakanlah Anda sudah memiliki sebuah rumah,
kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang baik. Tapi Anda masih
merasa kurang. Pikiran kita dipenuhi berbagai target dan keinginan.
Kita begitu terobsesi oleh rumah yang lebih besar dan indah, mobil
mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin
ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi
anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan
sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun
banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi ''kaya''
dalam arti yang sesungguhnya. Orang yang ''kaya'' bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki.
http://paragrafunik.blogspot.com/2011/03/tips-menjadi-kaya-sesungguhnya.html